Setelah libur
Kembali beraktifitas
Hingar bingar kembali terdengar
Suara bising terdengar jelas dari kelas IV B
Sebenarnya siapa yang memulai ?
Tingkah polah yang tak menentu
Kaki-kaki kecil berlarian
Berlarian ke semua sudut kelas
Semua bibir meloloskan kata-kata
Siapa yang memulai ?
Tidak ada yang dapat menjawab
Semua tingkah anak-anak
Semua keunikan anak-anak
Sejenak pernah hati merenung
Mungkin itu sudah dunia mereka
Dunia anak-anak
Dunia yang tidak akan terulang
Nikmatilah selagi anak-anak
Karena suatu saat nanti kalian pasti merindukannya
atau bahkan menertawakannya
Jika bukan kita yang mencintai bahasa dan sastra Indonesia. Siapa lagi ? semua dimulai dari diri sendiri
Senin, 06 April 2015
Bahasa Indonesia itu bisa dipelajari
Sehari-hari Azka Putra dari pesulap terkenal Dedy Corbuzier selalu menggunakan bahasa Inggris dalam komunikasinya mengapa demikian ? adakah masalah dalam mempelajari bahasa indonesia ?
jika kita pikirkan lebih lagi, sebenarnya dalam mempelajari bahasa indonesia itu tidak ada masalah besar. Hanya saja berbagai kendala yang menjadi permasalahannya. Misalnya, keadaan ekonomi, keadaan sosial, serta keinginan dari individu itu sendiri untuk mau mempelajari bahasa indonesia.
Dedy Corbuzier mengatakan bahwa bahasa indonesia itu bisa dipelajari karena kita sehari-hari tinggal di negara Indonesia. Perkataan Dedy sebagai orang tua ada benarnya juga. Mungkin Dedy tengah mempersiapkan anaknya supaya pintar dalam berbahasa inggris. tetapi berdasarkan hal itu semua tergantung peran orang tua dan lingkungan untuk mempersiapkan anak-anaknya. kejadian itu sebenarnya bisa dikatakan sebagai dilema dalam bahasa indonesia. Semua kembali kepada keinginan orang tua dan keluarga masing-masing. Jika bukan bangsa sendiri yang mencintai bahasa indonesia, siapa lagi ?
jika kita pikirkan lebih lagi, sebenarnya dalam mempelajari bahasa indonesia itu tidak ada masalah besar. Hanya saja berbagai kendala yang menjadi permasalahannya. Misalnya, keadaan ekonomi, keadaan sosial, serta keinginan dari individu itu sendiri untuk mau mempelajari bahasa indonesia.
Dedy Corbuzier mengatakan bahwa bahasa indonesia itu bisa dipelajari karena kita sehari-hari tinggal di negara Indonesia. Perkataan Dedy sebagai orang tua ada benarnya juga. Mungkin Dedy tengah mempersiapkan anaknya supaya pintar dalam berbahasa inggris. tetapi berdasarkan hal itu semua tergantung peran orang tua dan lingkungan untuk mempersiapkan anak-anaknya. kejadian itu sebenarnya bisa dikatakan sebagai dilema dalam bahasa indonesia. Semua kembali kepada keinginan orang tua dan keluarga masing-masing. Jika bukan bangsa sendiri yang mencintai bahasa indonesia, siapa lagi ?
Rabu, 01 April 2015
Senyum di Pagi Hari
Pagi ini
kembali kutemukan senyum
Senyum yang merekah di bibir mungilnya
ketika pertama kali mata ini terbuka
Bukan aku yang memulainya
Bukan embun pula yang memintanya
Lalu siapa yang memulainya ?
Mungkin dia belum dapat berkata-kata
Mungkin dia belum dapat mengungkapkan keinginannya
Tetapi dia memahami apa yang kumaksudkan
Dia mengerti apa yang kurasa
Dia pun mengerti raut wajah ini
Aneka senyum boleh tercipta
Aneka rasa boleh pula timbul
Tetapi ini rasa yang berbeda
Berbeda dari apa pun yang pernah kurasa
Berbeda dari semua yang pernah ada
Andai sekali saja tak kutemukan senyum itu
Rasanya, dunia ini fana
Hilang sudah tanpa jejak
Aku tahu masa-masa ini tidak akan pernah terulang
Tetapi aku berjanji tiada kan menyesal
Selama senyum itu selalu ada untukku
Senyum tulus dari putri kecil
Putri kecil yang kini menjadi bidadari di hatiku
Mungkin rasa ini nanti akan berbeda
berbeda ketika putri kecil itu memiliki adik
Tetapi senyum itu pasti tetap ada
Senyum abadi dan ketulusan dari bibir mungilnya
Senyum itu tidak akan pernah hilang
Selama Tuhan masih mengizinkan
Oh Tuhanku,,,,
Dalam harap ku serahkan padaMu
Ku mohon, tetaplah setia
Tetaplah berikan senyum itu padaku
Jangan kau biarkan senyum itu hilang, pergi tanpa jejak
Putri kecil nan cantik
Jika nanti Tuhan mngizinkan
Mungkin akan ada adik-adik lucu untukmu
Tolong tetaplah berikan senyum manismu
Senyum manis untuk Mami, Papi, dan adik-adikmu kelak
kembali kutemukan senyum
Senyum yang merekah di bibir mungilnya
ketika pertama kali mata ini terbuka
Bukan aku yang memulainya
Bukan embun pula yang memintanya
Lalu siapa yang memulainya ?
Mungkin dia belum dapat berkata-kata
Mungkin dia belum dapat mengungkapkan keinginannya
Tetapi dia memahami apa yang kumaksudkan
Dia mengerti apa yang kurasa
Dia pun mengerti raut wajah ini
Aneka senyum boleh tercipta
Aneka rasa boleh pula timbul
Tetapi ini rasa yang berbeda
Berbeda dari apa pun yang pernah kurasa
Berbeda dari semua yang pernah ada
Andai sekali saja tak kutemukan senyum itu
Rasanya, dunia ini fana
Hilang sudah tanpa jejak
Aku tahu masa-masa ini tidak akan pernah terulang
Tetapi aku berjanji tiada kan menyesal
Selama senyum itu selalu ada untukku
Senyum tulus dari putri kecil
Putri kecil yang kini menjadi bidadari di hatiku
Mungkin rasa ini nanti akan berbeda
berbeda ketika putri kecil itu memiliki adik
Tetapi senyum itu pasti tetap ada
Senyum abadi dan ketulusan dari bibir mungilnya
Senyum itu tidak akan pernah hilang
Selama Tuhan masih mengizinkan
Oh Tuhanku,,,,
Dalam harap ku serahkan padaMu
Ku mohon, tetaplah setia
Tetaplah berikan senyum itu padaku
Jangan kau biarkan senyum itu hilang, pergi tanpa jejak
Putri kecil nan cantik
Jika nanti Tuhan mngizinkan
Mungkin akan ada adik-adik lucu untukmu
Tolong tetaplah berikan senyum manismu
Senyum manis untuk Mami, Papi, dan adik-adikmu kelak
Selasa, 31 Maret 2015
Sekilas Tentang Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada
saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan
Pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa
yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.
Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan
tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada
tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa
nasional.
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa
negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar
1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam
Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa
Indonesia (Bab XV, Pasal 36).
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan,
antara lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu
sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan
hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak
abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di
Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684
M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi
berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari
berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman
Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka
tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga
menggunakan bahasa Melayu Kuna.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa
kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai
sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa
perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa
yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara.
Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang
belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya
ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen
(I-Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Alisjahbana,
1971:1089). Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun (Prentice,
1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen
adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu
bahasa Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas
dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti
tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun
hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat
Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan
menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh
masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang,
antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat
tutur.
Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara
serta makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang
dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh
corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa,
terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa
Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi
dan dialek.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi
dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.
Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa
Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan
secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi
bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober
1928).
Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa
Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran,
dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia.
Proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan
dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini
bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di
tingkat pusat maupun daerah.
Kembali Menemukan Kekeliruan
Berikut ini adalah dialog yang terjadi ketika di depan rumah hendak mengantarkan putri kecilku ke Care Day
Andy : "Ih,,, siapa tadi ya ?"
Deny : "Nah,,, bukannya lo tadi liat ?"
Andy : "Mata lo di mana ?"
Deny : "Mata pencarian Bapak lo !"
Saya : "Astaga, kalian bicara apa ?
Andy : "Dahu,,,nganja diwabja. yemdiin jasa. taren taki dimelomin yadi !"
Deny : "Yai,,,taki giper jasa yu!"
Pembicaraan yang membuat siapa pun tersontak kaget. Apa kah sebenarnya yang sedang mereka bicarakan?
Mungkinkah pembicaran mereka mengandung kerahasiaan ?
atau pembicaraan mereka merupakan penghinaan ?
Mungkin untuk yang tidak memahami isi pembicaraan mereka akan berpikiran macam-macam.
Terkadang, ada untungnya juga masa kecil saya dihabiskan di pemukiman rakyat biasa yang kalau hendak pulang ke rumah selalu melewati gang-gang kecil. Ya,,, dahulu rumah orang tua saya ada di sebuah gang kecil. Di mana kehidupan di sana sangatlah jauh dari kesempurnaan. Mulai dari komunikasi, kegiatan, hingga tindakan tidak jauh berbeda dengan orang-orang di pasar.
Beruntung saya bisa memahami pembicaraan kedua anak tadi. Kalau boleh saya terjemahkan, berikut ini terjemahannya.
Andy : "Ih,,, siapa tadi ya ?"
Deny : "Nah,,, bukannya lo tadi liat ?"
Andy : "Mata lo di mana ?"
Deny : "Mata pencarian Bapak lo !"
Saya : "Astaga, kalian bicara apa ?
Andy : "Dahu,,,nganja diwabja. yemdiin jasa. taren taki dimelomin yadi !"
(Udah,,,, jangan dijawab. Diemin saja. entar kita diomelin dia ?"
Deny : "Yai,,,taki giper jasa yu!"
(Iya,,, kita pergi saja yu !"
Dialog singkat, tetapi mengandung bahasa yang tidak baik.
1. Mereka tidak menghargai orang tua yang meminta penjelasan pada mereka tentang apa yang sedang
mereka bicaraka.
2. Mereka tidak menghargai seorang guru.
3. Mereka tidak tahu bahwa saya memahami bahasa mereka.
4. Mereka pun tidak tahu bahwa bahasa yang mereka gunakan bisa merusak bahasa Indonesia.
Hmmmm,,,,,Kembali menemukan kekeliruan dalam bahasa.
terkadang hati ini bertanya,,, siapa kah yang menimbulkan kekeliruan itu ?
Marilah, kita bersama-sama menjaga komunikasi yang baik antar sesama manusia dan jangan sampai kekeliruan itu kembali terulang.
#GerakanMencintaBahasadanSastraIndonesia
Andy : "Ih,,, siapa tadi ya ?"
Deny : "Nah,,, bukannya lo tadi liat ?"
Andy : "Mata lo di mana ?"
Deny : "Mata pencarian Bapak lo !"
Saya : "Astaga, kalian bicara apa ?
Andy : "Dahu,,,nganja diwabja. yemdiin jasa. taren taki dimelomin yadi !"
Deny : "Yai,,,taki giper jasa yu!"
Pembicaraan yang membuat siapa pun tersontak kaget. Apa kah sebenarnya yang sedang mereka bicarakan?
Mungkinkah pembicaran mereka mengandung kerahasiaan ?
atau pembicaraan mereka merupakan penghinaan ?
Mungkin untuk yang tidak memahami isi pembicaraan mereka akan berpikiran macam-macam.
Terkadang, ada untungnya juga masa kecil saya dihabiskan di pemukiman rakyat biasa yang kalau hendak pulang ke rumah selalu melewati gang-gang kecil. Ya,,, dahulu rumah orang tua saya ada di sebuah gang kecil. Di mana kehidupan di sana sangatlah jauh dari kesempurnaan. Mulai dari komunikasi, kegiatan, hingga tindakan tidak jauh berbeda dengan orang-orang di pasar.
Beruntung saya bisa memahami pembicaraan kedua anak tadi. Kalau boleh saya terjemahkan, berikut ini terjemahannya.
Andy : "Ih,,, siapa tadi ya ?"
Deny : "Nah,,, bukannya lo tadi liat ?"
Andy : "Mata lo di mana ?"
Deny : "Mata pencarian Bapak lo !"
Saya : "Astaga, kalian bicara apa ?
Andy : "Dahu,,,nganja diwabja. yemdiin jasa. taren taki dimelomin yadi !"
(Udah,,,, jangan dijawab. Diemin saja. entar kita diomelin dia ?"
Deny : "Yai,,,taki giper jasa yu!"
(Iya,,, kita pergi saja yu !"
Dialog singkat, tetapi mengandung bahasa yang tidak baik.
1. Mereka tidak menghargai orang tua yang meminta penjelasan pada mereka tentang apa yang sedang
mereka bicaraka.
2. Mereka tidak menghargai seorang guru.
3. Mereka tidak tahu bahwa saya memahami bahasa mereka.
4. Mereka pun tidak tahu bahwa bahasa yang mereka gunakan bisa merusak bahasa Indonesia.
Hmmmm,,,,,Kembali menemukan kekeliruan dalam bahasa.
terkadang hati ini bertanya,,, siapa kah yang menimbulkan kekeliruan itu ?
Marilah, kita bersama-sama menjaga komunikasi yang baik antar sesama manusia dan jangan sampai kekeliruan itu kembali terulang.
#GerakanMencintaBahasadanSastraIndonesia
Senin, 30 Maret 2015
Adakah yang salah dengan Bahasa Indonesia ?
Anak muda generasi bangsa sekarang ini sudah semakin senang menggunakan bahasa-bahasa gaul dalam keseharian komunikasi mereka. Mungkin untuk keamanan dalam interaksi mereka, anak muda itu cenderung menggunakan bahasa gaul supaya pembicaraan mereka tidak diketahui oleh generasi sebelumnya. dalam hal ini adalah guru dan orang tua. Mengapa demikian ? rahasiakah pembicaraan mereka ? berbahayakah pembicaraan mereka ?
pada dasarnya, tidak demikian. Hanya saja sering kali mereka khawatir jika pembicaraan mereka diketahui oleh orang lain hingga akhirnya mereka pun terpaksa menggunakan bahasa gaul dalam keseharian mereka.
sebagai seorang guru, tidak ada salahnya bila kita mau masuk ke dalam dunia mereka. mencoba menggali pembicaraan mereka. Hanya saja kita jangan tenggelam dalam komunikasi mereka. Bahasa Indonesia sudah selayaknya kita gunakan dengan sebaik mungkin meskipun pergolakan bahasa gaul ada di antara kita. tidak ada yang salah dengan bahasa Indonesia, hanya pengguna bahasa yang terpaksa menghilangkan bahasa itu sendiri. mereka sebenarnya terpakasa, tetapi seharusnya tetap memperhatikan kaedah penggunaan bahasa Indonesia dengan bijaksana. Mari lah generasi penerus bangsa, meskipun tetap menggunakan bahasa gaul tetapi sudah selayaknya tidak melupakan bahasa Indonesia.
pada dasarnya, tidak demikian. Hanya saja sering kali mereka khawatir jika pembicaraan mereka diketahui oleh orang lain hingga akhirnya mereka pun terpaksa menggunakan bahasa gaul dalam keseharian mereka.
sebagai seorang guru, tidak ada salahnya bila kita mau masuk ke dalam dunia mereka. mencoba menggali pembicaraan mereka. Hanya saja kita jangan tenggelam dalam komunikasi mereka. Bahasa Indonesia sudah selayaknya kita gunakan dengan sebaik mungkin meskipun pergolakan bahasa gaul ada di antara kita. tidak ada yang salah dengan bahasa Indonesia, hanya pengguna bahasa yang terpaksa menghilangkan bahasa itu sendiri. mereka sebenarnya terpakasa, tetapi seharusnya tetap memperhatikan kaedah penggunaan bahasa Indonesia dengan bijaksana. Mari lah generasi penerus bangsa, meskipun tetap menggunakan bahasa gaul tetapi sudah selayaknya tidak melupakan bahasa Indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)